viewer

Jumat, 29 Januari 2016

Tentang dua puluh batang rokok dan telur dadar yang keasinan.

Tentang dua puluh batang rokok dan telur dadar yang keasinan.
Tangerang, Rabu 20 Januari, 12.20 a.m.

Tulisan ini kubuat untukmu, dan untukku sendiri.
Ribuan kata yang tertahan dan kutahan setengah mati demi mempertahankan harga diriku yang tidak membuatku kaya itu. Maksudku, kau tahu kan, lebih memilih harga diri ketimbang memohon orang untuk mengasihani, dan pada akhirnya itu tidak akan menambah pundi-pundiku. Ah sudahlah, #salah focus.

Jadi.. ehem ehem.
Hei, kamu.
Iya kamu yang sedang mencari sinyal terkuat WiFi depan musola. Hahaha. (sayang yang kamu cari bukan sinyal terkuat hatiku yang sudah dari sananya kuat kalo deket kamu. Apabangeeeeeet. Oke, get a grip girl, focus).

(eh dan ngomong-ngomong jadi teringat lirik lagu Britney,
“… I’m not a girl, not yet a woman…” kayaknya pas kena di hati nih…. OKE BALIK FOKUS DEAR ME)

Tulisan ini kubuat karena seperti kamu tahu, iya, kamu. Pikiran kita itu paradoks terbesar yang pernah ada. Dia sangat sangat hebat, entah berapa miliar giga kapasitas yang dia miliki, jadi memori akan tersimpan rapih dan kuat di sudut kepala kita. Hanya saja, sayangnya, saking banyaknya kejadian demi kejadian yang kita lalui sepanjang kita hidup, maka memori yang paling dulu terjadi akan tersudut, di suatu tempat terpencil dalam kepala kita yang tempatnya jauh, gelap dan dalam. Ibaratnya kita harus melewati lorong panjang yang gelap basah dan berair karena letaknya jauh di dalam sana di perut bumi.

Aku takut. Kalau tidak menuliskannya maka kamu akan memudar dan akan hilang begitu saja di sudut tergelap itu tanpa pernah akan berada di bawah sinar mentari pagiku lagi.

Hmmm… lantas darimana yah aku harus memulai?
Kurasa aku ingin memulainya dari kata-kata paling paling favoritmu dulu: “Jangan baper, ya”. Seandainya yah, kamu memperingatkanku sedari pertama. Sedari awal. Sedari sebelum bumi diciptakan (heheh.,. mulai hiperbola. Maap, penyakit).

Kamu bilang jangan baper. Dan aku dengan bebalnya menolak arti dibalik dua kata sederhana yang simple tetapi nylekit minta ampun itu
.
Andai Mas, kamu bilang itu sebelum semuanya terjadi (padahal kamu pasti akan bilang, “emang ada kejadian apa?” dengan muka polos menyebalkan).

Iya, seandainya kamu bilang itu sebelum sesuatu bernama hati itu tercuri olehmu dengan sukses, tanpa rintangan, melewati jalan tol Cipali yang lurus tetapi menyimpan luka itu… (hasiiik, hahahha).

Mau aku ingetin?
Well.. aku paling suka saat kamu mengajakku, akhirnya, dengan berkat dorongan pancingan dariku yang tak sabar, buat malam mingguan. Sekali, seumur hidup.
Pukul berapa ya Mas kita keluar? Pukul 10 malam. Kayaknya. Kamu tahu, betapa aku menahan lapar? Nungguin kamu dandan. Iya, kamu yang dandan. Karena aku udah rapih cantik manis (hehehe).
Dan untungnya kamu terliat cakepan dikit. Hehe..
Lalu kita motoran bareng.. dengan tanganku yang duhai behave sekali, nggak boleh pegangan kamu. Ya kan ya? Dan gitar mu kamu teruh sebagai sekat diantara kita. Lalu kita berenti di sebuah jalan yang banyak orang nongkrongnya (sumpah aku nggak ngerti namanya sampai sekarang). Kamu pilih spot belakang abang gorengan dan abang jual minuman.

We sing a song, together, happily. You try so hard for being funny. Yet I laughing on your effort. But you know what? I’m really happy that night. Thank you.

Hmmm.. lalu malam-malam yang aku habiskan untuk masakin kamu. Special ngga pake telor, Cuma kamu yang aku bikinin dengan repot-repot masak buat dua porsi which is means will be a way longer padahal abis pulang kerja perut keroncongan (waktu itu inget kan, pas pulang malem jam 11 baru nyampe kos).

Saat kere, aku cuma bikin mi rebus, pake telor, yang telornya jadi gosong dan bumbunya ternyata kebanyakan buat kamu jadinya asin. Cuma kuahnya yang nggak kamu abisin. Dan itu lho, yang bikin aku baper, you never complained about my cook, even if its salty. Yeah well you said its salty but still, kamu habisin semuanya. Susah tau, nggak baper?

Kamu tahu, Cuma sama kamu aku begitu Mas jelek.
Repot-repot bikinin buat orang, apalagi kamu makannya banyak. Ya kan? Udah diperlakukan so very special. Idiot kalo kamu nggak sadar. Yang akhirnya aku tahu itu nggak benar.
Justru, karena kamu tahu, kamu bilang kata-kata haram jadah itu. Hahahaha. JANGAN BAPER.

So simple, yet so damn hurting.

Dan setelah makan, kamu pasti akan ngerokok. Lalu aku Tanya, “hari ini rokok udah berapa?”. Dan kamu jawab dengan mengacungkan sepuluh jarimu. Atau lebih ya? Rokoknya maksudku, bukan jarinya. Lalu kamu bilang, ‘sampai yang kedua puluh kita bubar (maksudnya masuk ke ‘rumah’ masing-masing).

Dan kadang, tanpa menunggu aku usir, hehe, kamu akan menggeser tempatmu duduk sejauh mungkin dariku, karena kamu tahu aku rewel soal rokok.

Dan pernah kita makan bertiga ama suamimu, eh maksudku sahabat kentalmu yang bikin cemburu itu (hellooooo). And we have chit chat here and there, and I can’t stop myself of being happy. You are being blessed with that friend, aren’t you? Dan dia juga yang suggest (setelah aku nanya sih), buat mulai nulis di Kompasiana. Dan mungkin, entah kapan. Atau mungkin juga enggak. Dia akan baca ini, lalu kasih lihat ke kamu.

Hatiku penuh.
Memikirkan kamu yang tidak memikirkanku. What a pity me?
Lalu saat aku ketinggalan kereta. Tanggal 5 Januari kemarin. Dan saat itulah kamu memutuskan untuk Voila! Muncul lagi. Dan kita ketemu lagi. Apa itu kebetulan?

Hei. Aku nanya kamu. Kebetulankah ini? Padahal nanya sekalipun enggak, aku sama kamu. Ya kan? Aku nggak pernah tahu kamu pulang tanggal itu. Gimana?
Hmm?

Dan yang terakhir. Saat kamu nawarin pulang bareng.
Yuhu guys, bukan sembarang pulang bareng.
Ini pulang yang membutuhkan 13 jam perjalanan. Jakarta-Semarang.
Kamu tahu kan betapa senangnya aku?
Dan betapa aku sekuat tenaga menahan diri untuk nggak pegangan eraaaaaaat gitu sama kamu? Seerat mereka disebelah kita pas pulang. Ya tapi mau nggak mau kan aku harus pegangan. Mana mata sepet ngantuk lagi. Hffff.

Lalu kamu bilang,
Abis kita istirahat di pom bensin; ini nggak bakalan pernah aku lupa.
“Pegangan boleh, tapi jangan baper ya”, kata kamu.
Dan saat itu pula kata-kata yang pasti disensor KPI berlompatan dalam kepala, buru-buru pengen meloloskan diri lewat mulut, untung aku pintar menahan mereka.

Yeah man. You are that kind of man.
Kind of man whom being nice with whoever treating you nice.
Meskipun, sebenernya aku masih amat sangat penasaran sih.
Hey man, am I really just whoever for you?
Even not at once you feel something for me?


Sampai kamu membaca ini lewat temanmu, dan mungkin nggak akan pernah terjadi. Aku nggak bakal tahu apa jawabannya. Jawaban atas apa yang aku teriakkan dalam hati sampai pekak telinga dalamku. Dan kini, meninggalkanmu adalah semacam yang harus aku lakukan. Ya kan?
Katanya. Sulit untuk membuat laki-laki suka padamu, kalo kamu yang suka mereka duluan.
Hey man. Aku nggak ngomongin tentangmu lho. Ini tadi orang lain yang bilang. Blog lain yang bilang. Yang sayang nggak aku catet alamatnya sih.

Dan semua memori lain. Tentang kamu. Tentang kamu yang seorang “laki-laki musim panas”.
Semoga, kamu akhirnya baca ini.
Btw, tahu nggak, aku pengen bikin kaos yang ada tulisan “Jangan baper, ya” gede-gede dan aku kasih ke kamu. Menurutmu gimana Mas? Setuju?



Dengan kehangatan dan syahdu.

-aku-

Selasa, 15 April 2014

tentang catatan

well, sekarang jam 3 pagi.
masih melek berkat kekuatan kopi hitam yang dikasih temen, meski sebenernya ga niat begadang sih,
yaaah karna dipaksain ga bisa tidur ya syudaah mari kita pakai untuk berpikir,
(Skripsi gimana woooi?)
hahhaaa, #pura-pura ga denger :D

hmm,ada satu pertanyaan penting yang sederhana tapi rumit untuk dijawab,
"dimana aku sekarang?"
bukan definitif lho ya, tapi filosofis..

untuk memetakan situasi kita, sebelum merancang tentang "mau kemana kita", dibutuhkan kemauan dan kejujuran untuk mengakui dengan lapang dada tentang, "dimana aku sekarang", meski mungkin jawabannya agak mematahkan hati seperti, errr sejuta tahun di belakang teman-teman seangkatan? ha ha ha (-______-)

well,
oke,
stop it dude,

aku 22 tahun sekarang, masih belum lulus, masih belum sukses, masih belum cantik maksimal,
masih belum nikah (err...), masih banyak bocel dimana-mana, masih terjebak dalam stagnasi yang menyesatkan, menenggalamkan motivasi hidup dan mengenaskan,
(AAAArrrrrrrghhh!)

lalu?
sekarang, "mau kemana aku?"
hmm, mau sukses (jadi kaya, punya rumah sendiri yang ada kebunnya di depan dan belakang rumah plus kolam renang :D setelah perbaiki rumah orangtua, bisa bikin liburan buat keluarga besar ke tempat yang menyenangkan misalnya WBL trus sambil sewa paviliun disana dan bagi-bagi duit ke sodara, truss hajiin bapak dan emak, trus punya tivi plasma gede, mobil, pesawat jet, ski, (hahahaha) vila peristirahatan pribadi trus bikin TK namanya nama alm.Ibunda ;))

apalagi?
mau nikah!
sama laki-laki ganteng yang tinggi, kalo bisa putih (perbaikan keturunan), trus humoris, baeek, romantis ;*, truss yang penting sekali beriman jadi biar jadi imam dunia akhirat, kalo bisa gak saklek tapi biar ntar aku dibolehin jalan-jalan bertualang sendiri, hehe..

hmm,
mau apalagi ya?
mau travelling!!
be a traveler, God damn those who had done it.!
I mean, I want it,
pergi keliling Indonesia,
ke Roma,
ke Thailand,
ke China,
so that I can freed myself from kepicikan :)

pertanyaan terakhir:
"HOW?"

nah, ini nih.
susah jawabnyaaaaa....
yah, sebenernya ane sadar sih,, kalo semua pertanyaan diatas masih dijawab dengan jawaban yang terkesan standar dan terlalu umum, kurang sempit dan kurang fokus.
masih ambyar, jadi gak jelas,

bahkan buat bikin jelas aja takut,huhu.
how to do those things ya?
well.. gampang sih,
LULUS DULU NENG!!!!

ayo neng Vian, kamu bisa kok,
toh kamu gak goblok,
kamu tuh pinter, cuma malesnya nggak ketulungan,
ubah itu ya neng?

berat sih. tapi denger, kalo bukan kamu yang USAHA ubah nasib kamu, siapa lagi?
kamu butuh diri kamu yang usaha 1000% dan doa 1000% sementara kamu yang sekarang masih 0,001%.

jadi, tunggu apa lagi?
Berhenti mengeluh ya nak!
KONSISTEN BERHENTI MENGELUH!!!!!!!!!

let's start do something real,
if its for now, you should make summary of Gran Torino's movie by yourself ya, oke :))

SMANGAT!!!!!!
>0<//













Senin, 14 April 2014

Vian, semangat ya!!

vian, ayo semangat!!
kamu pasti bisa!
kamu bisa!
kamu hebat!

yakin, yakin, yakin,
yakin, yakin, yakin,
YAKIN!!!!

ayo keluarkan tenaga seperti saat orang harus menyelamatkan diri keluar dari gedung yang hampir terbakar! (dan nggak ngerti kenapa tiba2 dari jauh ada suara sirene -____________-;)

SMANGAAAT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
HAJAAAARRRRRRR!!!!!

Hope

selamat malam :).
setelah menghilang 2 tahun gatal rasanya untuk menulis lagi. bukannya berhenti sama sekali sih, kadang saya masih suka menulis, di "notes" di fb.

menulis, bagi saya yang pemikir ini seperti sebuah rehabilitasi.
mengungkapkan apa yang terpendam lama, atau terkubur mungkin istilah yang lebih tepat, segala yang ada dalam pikiran untuk kemudian diluapkan sejadi-jadinya, sedahsyat-dahsyatnya, kalau  bisa, dan kemudian merasa segar.

hmmmh...
kenapa ya, saya seringkali terisi dengan energi negatif?
demi Tuhan.. sebenarnya saya sangat ingin punya banyak teman, tapi rasanya itu seperti sesuatu yang sangat jauh untuk saya yang sekarang ini.

di usia yang akan menginjak 23 tahun ini, setengah tahun lagi,
banyak sekali hal-hal yang belum dapat saya capai.

saya ingin sekali terbebas dari rasa iri, rasanya ini nomer satu.
iri dari melihat kehidupan orang lain yang seakan lancar,
seakan damai,
seakan berkecukupan dan tak letih.

iri dari mereka yang hangat dan dikelilingi cinta kasih dari banyak orang,
keluarga,
kawan,
saudara,
betapa nyamannya,
betapa jauhnya itu dari jangkauan..

err.. please, kenapa muram sekali nyak??
hahahaa...

well,  mari kita buang jauh-jauh kesopanan yang tak perlu,
buang kata #saya#.. :D

HA_RA_PAN.
harapan adalah sesuatu yang paling lemah sekaligus paling kuat, menurutku.
kenapa?

paling lemah karena sifatnya yang sangat amat tidak pasti,
dan paling kuat karena menimbulkan daya juang serta motivasi yang kuat.

kalau aku,
apa harapanku?

aku ingin bebas.
aku ingin pergi.
aku ingin rasa yang nyata tentang kehangatan persahabatan dan cinta.
aku ingin menjelajah dunia untuk bertemu dengan orang yang bisa mengisi hariku dengan keceriaan dan senyuman.

berlebihankah?
tapi mungkin aku terlalu pemimpi,
sebab bila saatnya memastikan seperti,

lalu, kamu ingin kemana? tepatnya
nah.
itu sulit dijawab.
biasanya kujawab dengan kemanapun.

ke sebuah tempat dimana tak seorangpun mengenalku dan memungkinkanku untuk menjadi orang baru,

karena aku yang sekarang, adalah aku yang jauh dari sempurna.
aku yang penuh kekurangan sebagai manusia.

singkatnya, ke tempat yang dapat memanusiakanku.
well.. its something like that,
:)

Rabu, 21 November 2012

memoir-kanak-kanak

Air mata ini terasa panas, dan asin.
Seperti jarum-jarum pinus yang menusuk mulut.
Keberadaannya absolut. Sulit untuk di elakkan.

Dan dia setia selalu ada di sampingku.
Di sekitarku, membayangiku, menungguiku, mencintaiku lebih dari ibuku sendiri yang meninggalkannku dengan mati duluan.

Dia bernama bayang kesepian.
Aku mulai berkenalan dengannya, mungkin sebenarnya sudah sejak lama, sejak aku masih kanak-kanak. Karena kadang, aku lupa siapa aku, dan ada dimana aku bahkan ketika berada dalam rumahku sendiri.

Mungkin tak seorangpun tahu hal ini karena akua dalah anak yang setia pada keceriaan.
Aku mekar seperti mentari saat kanak-kanak, temanku banyak, dan bahkan punya pengikut.

Aku bisa menciptakan permainan menarik bahkan ketika sebenarnya keadaan sangat membosankan dan tidak ada apa-apa untuk dimainkan.

Kau tahu? Saat kanak-kanak adalah kerajaan paling indah dalam 21 tahun kehidupanku.
Aku tidak pernah dilimpahi materi seperti kebanyakan anak lain.

Tapi ibu, ayah, ke dua kakakku, selalu melimpahiku dengan perhatian dan kasih sayang dengan cara mereka. Termasuk mungkin ketika masku melemparku dengan kain pel atau mbakku memelorotkan celanaku di ruang tamu dengan lampu menyala terang benderang.

Kau tahu?
Cinta ada dimana-mana saat itu, dan aku begitu takut dibenaci.
Bayangan gelapku saat SD hanyalah seorang bocah gendut yang iri padaku, dan menampakkannya.

Aku bahagia dalam segala keterbatasan ekonomi.
Ayahku hanya seorang supir Penerbad PNS dengan gaji sedikit.
Tapi tiap awal bulan ibu selaku bendahara keuangana menyenangkan kami dengan makan di tempat warung mi ayam langganan kami bernama “Bengkel Perut”.

Aku mencintai ibuku, pasti kau sudah tau. Maksudku, aku memujanya.
Dia sumber cahaya dalam kehidupanku,
mendenngarkan segala celoteh tak penting, hiruk pikuk menyebalkan di telinga orang lain, memasakkan makanan kesukaanku ayam manis bergantian dengan semua anggota keluarga.

Aku bahagia.
Sangat bahagia meski saat itu kata bahagia tak pernah tereja dalam hidupku yang sibuk dengan kekonyolan dan kenakalan.
Di sekolah, aku menjelma sebagai pion permainan.

Aku mencipta lagu permainanku sendiri, me rapp di saat kelasku sedang ada les (di luar halaman dan bisa di dengar dengan jelas oleh seisi kelas, yang aku baru tahu kemudian),

aku menggoda anak perempuan dan anak lelaki, menirukan ucapan dan tingkah mereka dan mengejar mereka, bahkan menyangkutkan sepatu seorang teman laki-laki di atas pohon (coba cermati, biasanya standar keumuman terbalik bukan?).


aku melompat, menyanyi, berlari, menggelitik, banyak-banyak-banyak tertawa, sedikit marah dan mereguk tiap tetes cahaya matahari.
Aku bahagia di bawah sinar mentari dan di balik selimut malam.

Di rumah, aku raja.
Dalam batasan yang diperbolehkan ibuku.
Pulang sekolah aku lemparkan sepatu, tas dalam rumah yang sudah dengan peluh kerja keras dibersihkan ibuku.

Dan dia dengan lelah memberitahuku disambut dengan tawa tak acuhku dan pertanyaan, hari ini makan apa? Tidak menunggu lama aku berlari ke ruang tengah, kadang memekik gembira saat ibuku memasakkan rica ayam manis favoritku atau mengeluh saat tempe tahu menyambutku dan Ibu mendesis mencela.

Kesedihan dan kekhawatiranku hanyalah satu, apakah besok aku akan terlambat ke sekolah atau tidak?

Yang besoknya kadang aku menumpang (PAKSA) pada mbakku yang berangkat sekolah naik sepeda (tanpa rem pakem dengan bentuk jalan turunan bukit yang tajam).

Mengacuhkan omelan kakakku aku menumpang di sadel belakang dan berdoa (harus jika kau ingin selamat naik sekolah dengan cara seperti itu, belakangan hari dia memberitahuku bahwa kakakku selalu berdoa panjang agar tak ada motor melintas saat kami melaju dengan kecepatan penuh.

Kemudian di sekolah aku meraja lagi.
Aku ingat, prestasiku lumayan banyak.
Aku menggagas teman-temanku saat santai kami untuk membersihkan perpustakaan kecil sd kami yang di sudut, kecil, dan berdebu.

Dengan hati berdegup aku mengetuk pintu kepala sekolah dan berdialog sebisanya. Hasilnya, kunci perpus meluncur ke tangan kami.

Prestasiku lain yang menyenangkan adalah saat aku mengajak teman-temanku bermain “buaya-buaya”an, permainan dimana korban harus menyentuh pemain lain yang menapakkan kakiknya ke tanah.

Istimewanya adalah si buaya bisa memerintah kami menuju tempat berseberangan dan mengincar salah satu diantara kami yang larinya paling lambat dan menjadikannya buaya.

Awalnya hanya rombongan teman-temanku yang biasa, tapi hebatnya adalah saat satu demi satu teman-teman dari SD I (aku sd III) satu angkatan ikut bergabung bersama kami.

Asik sekali, tapi kemudian aku bosan karena pusat perhatian tak lagi padaku. Dengan gagah (atau egois) aku membubarkan diri (yang sepertinya kemudian diikuti temanku yang lain).

Kau lihat? Bukankah hidupku sempurna?
Orang yang membenciku hanya mereka yang iri padaku.
Dan guru-guruku (aku tahu aku tidak manis untuk mereka karena aku berani mendebat mereka saat mempertahankan pendapatku yang kunilai benar).

Tentu saja, korban dari pihak guru yang kerap kurepotkan adalah walikelasku.
Namanya Bu Har, dengan perawakan kecil dan rambut keriting, dan o ya, orangnya cerewet sekali.

Dia sering memarahiku atau membully ku di depan kelas dengan gayanya yang khas.
Aku ingat, salah satunya adalah dengan dia menjodohkan ku dengan Lutfi.
Anak lelaki yang cerewet juga (saat itu pengetahuanku hanya sebatas dia anak kaya dari keluarga rukun, fakta sebenarnya baru kuketahui saat aku besar).

Dia bilang , “aku rak isa mbayangne nek yasinta sesuk gedi nikah karo Lutfi, mesti ben dina tukaran kaya anjing-kucing”.
Kurang lebih begitu.

Dengan cakepnya aku membalas, “Kok Ibu tahu? Kita emang udah ngerencanain pernikahan kok, bahkan undangannya udah di buat, tinggal nunggu di bagiin aja bu”,
hasilnya?
Bu har tersayang tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit.

Yang lain adalah pak Yani, dia pernah memarahiku karena aku sering terlambat dan menuduhku bangun kesiangan (yang tentu saja benar tapi kutolak mentah-mentah dengan beragam alasan dan cara demi menyelematkan muka).

Dia menyesalkan bagaimana masa depanku nanti saat menjadi istri orang yang harus mengurus suaminya dari pagi-pagi.
Dengan kesal kubalas, “nanti Pak, saat udah besar, saya udah jadi wanita karier dan akan memesan katering setiap hari,”.
Lihat, cerdas (nakal) kan?

Yang terakhir yang juga berkesan untukku adalah bu Yuni, guru olahraga. Karena aku anak yang lemah dalam olahraga.

Aku suka berlari-larian, tapi rekor lariku tidaklah seberapa.
Aku suka melompat, tapi ketika harus melompati bambu dengan tinggi tertentu, aku lebih baik menyerah. Aku tidak suka ketika harus memukul bola tepat pada sasaran, menyebalkan. 
Yang kusukai hanyalah bulutangkis, dan pingpong. Aku cukup kuat pada kedua hal itu.

Aku ingat bagaimana ekspresi Bu Yuni dengan celana olahraga kuning atau hijau dan kaus putih ketika melihat bagaimana aku kerap tertinggal di antara teman-temanku, dengan cepat aku membenci olahrga dan menyalahkan gurunya, sungguh dewasa.

Banyak sekali kenanganku di sekolah, kecuali hal-hal yang telah kusebutkan tadi.
Mungkin untuk memberimu gambaran yang sedikit lebih jelas, aku akan menerangkan bagaimana rupa SD Kalibanteng Kidul I-III tempat kerajaaanku.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari bangunannya, sama halnya seperti bangunan-bangunan SD lain yang kategorinya ‘cukup’.
Dengan membentuk letter U dan lapangan di tengahnya. Dilindungi pagar besi di sekujur bangunan.
Seingatku dulu berwarna krem, pernah hijau juga.

Kamar mandi terletak di belakang, seperti juga layaknya kamarmandi SD, jorok dan bau.
Yang sayangnya di tempatkan dekat kantin.

Ada musola kecil juga yang dengan bau karpet apak (seperti kauskaki basah) yang jadi tempat kami ketika ada Pesantren Ramadan.
Spot yang paling kusuka adalah sudut samping kanan ruang kepala sekolah, di sana ada segerumbul pohon... entah apa namanya.

Rindang dan ramah untuk dijadikan “markas”.
Dari sudut itu bisa menjadi pintu masuk tempat kami ber’uji nyali.
Karena antara dinding bangunan dan pagar belakang sekolah ada sedikit space, jadi anak-anak seukuran kami bisa beruji nyali menyusuri lorong sepanjang bangunan sekolah.

Yang berhasil menyelesaikan tantangan ini mendapat predikat “anak yang berani.
Bonusnya adalah ketika kau sampai di belakang ruang kelasmu, kau bisa berteriak memanggil-manggil temanmu.
Jelas sih, dia akan tahu darimana asal sumber suara (dengan naik meja dan mengintip dari jendela), tapi tetap saja permainan ini mengasyikkan.

Jumat, 27 Juli 2012

PIAS

/SLASH/
seorang bocah dengan pipi montok menggemaskan, jarijari gempal, dan sejumput rambut yang berkilauan. ia tertawa pada angin yang menggelitik pipi, leher dan keningnya. tertawa pada keresahan orang dewasa di sekitarnya, tertawa lepas dengan suaranya yang merdu

 /SLASH/ seorang balita perempuan mengenakan rok merah kembang-kembang, berlari sambil membawa bola mainannya, tertawa.. nyaring memekik ceria

 /SLASH/ seorang anak yang mengenakan seragam merah putih., mencium tangan ibunya. berlari bersama temantemannya dan menggoda orang dewasa di sekitarnya untuk tertawa..

 /SLASH/ duduk di sudut ruang, seorang anak perempuan yang mengusap bekas airmatanya, menangisi orang terkasih yang mninggalkannya, tak lagi tertawa.

/SLASH/ dunia tenggelam. gelap. layar ditutup menurut anak perempuan. meski waktu berkhianat membimbingnya maju ke pelukan kedewasaan. anak perempuan menjelma menjadi seorang perempuan. namun kematian masih tertinggal di hatinya, kegelapan membungkam suaranya. meninggalkannya sendirian di antara langkan-langkan kesepian. mengais rindu yang tercabik kasar. morat marit. morak porandakan keteguhan hati yang dulu ada.



 /SLASH/

PEREMPUAN



 PEREM
PU
 A

  N

Selasa, 10 Juli 2012

arti sebuah religiusitas: seorang Pencari

saat tadi saya sedang mandi, sebuah topik renungan melompat dari kepala saya, apa arti religiusitas? lebih spesifiknya, apa arti Tuhan dan keTuhanan? hmmmmm... sebenarnya, topik ini bukanlah sesuatu yang baru buat saya, karena sudah lebih dari sekali saya memikirkannya. berkali-kali. berpuluh-puluh kali, berdebat dengan diri sendiri hingga akhirnya saya kelelahan dan mengendapkan pertanyaan itu ke dasar pemikiran saya, yang entah oleh sebab apa terpercik keluar lagi tadi.
Religiusitas. Tuhan. dan keTuhanan. karena saya juga baru memikirkan poin ke tiga barusan, maka saya memutuskan untuk merenungkannya nanti lebih dulu untuk nanti baru saya tuangkan ke dalam tulisan. religiusitas. berbicara tentang satu kata ini, saya teringat perdebatan saya dengan seorang dosen di dalam kelas. beliau menanyakan: apa arti religiusitas ketika seseorang tidak ingin menolong orang yang sedang kesusahan? misalnya seperti membantu seseorang menurunkan kopernya dari loker di pesawat (contoh sebuah situasi teman dosen saya ini, yang bersaksi bahwa yang paling cepat berinisiatif membantu seseorang menurunkan bagasinya, dimana dia bule non muslim yang berada di "kawasan" mayoritas muslim). tentu saja saya menjawab bahwa hal seperti itu (moralitas) merupakan tanggung jawab masing masing individu. " ya, "jawab dosen saya lagi. "lalu lantas apa religiusitas itu, tepatnya?" sebagian hati kecil saya ingin membenarkan sudut pandang dosen saya, tetapi tentu saja, sebagian lain, si pembela ego kaum sesama, menolak mentah-mentah. secara tidak langsung, mungkin bisa dikatakan seperti ini, " untuk apa kalian, umat muslim, melakukan sembahyang puasa dan lain-lain jika pada akhirnya hanya sebatas itu saja? apa arti ketaatan itu bila tidak diimbangi dengan cinta dan sayang terhadap sesama? " saya sedih, jujur saya sedih. saya sedih untuk banyak hal. saya sedih untuk saya yang tak punya hak membantah argumen dosen saya. saya sedih saya tidak bisa mengatakan, "anda salah, pak. agama adalah sesuatu yang indah! karena nafas dari agama saya adalah penghormatan kepada ke dua orang tua, kasih sayang terhadap sesama, kejujuran, dan nilai-nilai kemuliaan. anda salah bila berpikir kami orang picik yang hanya mampu menggerakkan tubuh kami untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, kami pun mengerti betapa pentingnya kedekatan terhadap sesama.." benar, saya bisa saja tetap ngotot mengatakan argumen saya, tapi lantas, apa artinya? semuanya terasa semu dan hambar karena saya juga lebih dari tahu bahwa di dunia nyata, prinsip aku-aku, kamu-kamu sangat kuat membelenggu tiap insan, meski ada sekelumit pengecualian. tapi tetap, saya belum berhak mengatakan itu semua karena saya belum masuk di kategori pengecualian itu. saya sangat mengerti, saya hanya lah seekor mahasiswa bodoh yang merasa terlalu pintar, terlampau sombong. namun, saya masih juga belum mengerti konsep religiusitas yang sesungguhnya, yang hakiki. keimanan yang indah dan meliputi tidak hanya batin diri sendiri namun juga di lingkungan sekitar. lantas, apa itu sendiri juga arti Tuhan? sebenarnya saya takut mengemukakan ini, takut dicap kafir, takut dianggap munafik, takut dianggap musrik. tapi. . maksud saya seperti ini. seorang mengatakan Tuhan itu berada dimana-mana, karena keberadaan-Nya melingkupi seluruh sudut dunia yang Ia ciptakan. untuk ini, saya bertanya, apa ini bukan berarti penghinaan untuk Tuhan? sebab dengan mengatakan Tuhan tidak berada di mana mana sama dengan Tuhan ada di genangan air hujan, dan atau tempat tempat tak layak lain yang tak bisa saya sebutkan? masing-masing kita memiliki jawabannya, bukan begitu?