surat ini saya tujukan untuk seseorang yang pernah mengisi hati saya, dengan penuh ketulusan dan kejujuran. maka , bila sahabat tidak menghendaki melihat maupun mendengar suara hati saya yang berbau melankolis, maafkanlah, cukup anda skip saja. namun bila sahabat mampu melihat seperti saya melihat, mendengar seperti saya mendengar, memahami saya, maka perkenankanlah saya untuk mempersilahkan sahabat duduk di samping saya, membaca sepenggal kehidupan saya, karena saya hanya sedang ingin berbagi.
saya adalah seorang wanita, dengan segala lebih dan kurangnya.
tegasnya, saya adalah seorang wanita yang kuat ketika saya kuat, dan lemah ketika saya rentan.
saya ingin menceritakan sebuah cerita dalam hidup saya, sepenggal episode singkat yang sangat membekas dalam kehidupan saya. yaitu ketika saya pernah sangat sangat bahagia dengan kehadiran seorang laki-laki yang membuat saya merasa utuh dalam hidup saya,. Tuhan menciptakannya dengan begitu sempurna.... di mata saya. sempurna sebab ia mampu menerima ketaksempurnaan saya.
maka sebutlah ia bernama Mas.
mas ini, adalah seorang yang sangat baik, sangat menarik, sangat lucu dan humoris, di samping ia sangat tampan dan sangat menyenangkan. (perhatikan ketika seorang wanita melihat dari kacamata cinta, ia tidak akan pernah mampu melihat kenyataan yang sebenarnya).
mas ini, mas saya ini, ia mampir dalam hidup saya dengan satu misi:
mengajari saya untuk mendewasakan diri. kenapa? mas adalah seorang pecinta kebebasan. ia hanya akan melakukan sesuatu sesuai kehendak hatinya. ibarat angin yang seenak hati berembus dari manapun kemanapun. ia melayang, bebas, terkadang menelusup di antara rimbun dedaunan dan menghadirkan gemerisik yang padu.
seperti itu pula lah mas saya ini.
ia adalah angin.
ia juga kadang menjelma menjadi burung yang berusaha terbang melepaskan diri dari sangkar cantiknya, yaitu saya (sudilah kawan tuk memaafkan sedikit kenarsisan yang masih bisa diterima ini.. hehehe...)
lantas? bagaimana dengan saya?
bila mas adalah bayu, (angin dalam bahasa Jawa), maka saya adalah hanya seorang gadis muda biasa yang mudah merasa gelisah dan mendambakan kepastian. maka disanalah saya, dengan naif menanti, dan menanti setitik kepastian yang saya inginkan.berharap dan berdoa dalam hati.
terkadang ketika saya merenung, saya bertanya kepada diri sendiri di mana letak "kesalahan" saya. maksud saya, apakah ada langkah saya yang kurang tepat di matanya? yang membuatnya ragu menambatkan hatinya seutuhnya kepada saya?
entah...
mungkinkah karena saya terlalu cepat membuka pintu hati saya lebar-lebar untuknya?
salahkah pilihan saya? atau salahkah situasi ini?
atau kadang, apakah semuanya hanya kesalahan?
saat perasaan-perasaan tak tentu ini mendera, bisa saya katakan saya merasa sepertii terhempas di atas sebuah karang yang ujun-ujungnya begitu tajam.
singkatnya, saat sang bayu datang menyapa saya, ia seperti menghembuskan sebuah nafas kehidupan untuk saya. saya mampu memaknai arti kehidupan saya, sebab setidaknya seretak apapun saya di dalam, ada seseorang yang mau menerima itu semua, dan mengumpulkan serpih serpihan untuk kemudian menyatukannya kembali, menjadikan saya utuh.
namun saat sang bayu sedang ingin bergurau dengan bintang gemintang, terbahak bersama langit malam, atau sekedar berccengkrama dengan embun pagi, tinggallah saya dengan sepi yang kuat melekat.
apakah sahabat sudah mampu melihat saya dengan sedikit jelas?
ah..
saya memang yakin akan mendengar komentar sahabat tentang ini, tapi saya tak yakin cukup berani menerimanya atau tidak..
baik, saya menyerah.
saya memang naif.
karena kalau boleh jujur, itulah kali pertama kata manis 5 huruf itu mampir dalam kehidupan saya, melukis pelangi dalam hidup saya yang mampu membuat saya melompat lompat riang, terkadang dalam arti harafiahnya..
well,,,
bohong bila saya berkata saya baik-baik saja.
benar sahabat, saya tidak baik-baik saja. saya sedih, dan saya sakit, tapi saya tetap mencoba menunggu.
namun, di tengah kegalauan yang tak pasti ini,bukankah wajar bila saya mencoba mencari tempat berpijak?
saya ingin merasa aman. saya ingin merasa diterima, saya ingin merasa dicintai.
saya sungguh merasa lelah berjalan sendirian, menelusuri lorong kehidupan yang saat ini terlihat memburam dan gelap, seakan tak berujung. (karena sang angin tidak akan mau menemani saya terus menerus, apalagi berjalan),
saya hanya ingin beristirahat.
lelah.
dengan angin, dengan dunia yang penuh dengan kebodohan dan keramaian.
sesak sungguh.
saat seperti itulah terkadang, sebuah pemikiran liar menerpa.
mungkin kematian lebih mudah dijalani daripada kehidupan.
untunglah, sebuah buku menyadarkan pemikiran picik ini. sebuah buku yang memberitahu saya tentang perjuangan anak-anak Somalia, Irak, India, yang berusaha untuk tetap hidup, meski hanya memiliki sebelah tangan, terkadang sebelah kaki. mereka adalah anak-anak yang menjadi korban kemanusiaan dalam perang yang mereka tidak mengerti. perang yang merebut kemerdekaan mereka untuk tertawa. menculik mereka dari ranjang yang hangat dan nyaman. merengkuh mereka ke pelukan angin malam yang dingin alih-alih pelukan orang tua mereka yang meninggal akibat peluru yang meleset, atau ranjau yang tak sengaja meledak. sebuah buku yang ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi dalam perjalanannya sebagai Duta PBB.
saya malu, saya malu sekali kepada mereka, anak-anak ini. semua anak yang terlahir seharusnya merasa dicintai, merasa diterima, dipuja. namun mereka terlahir untuk kemudian mati tanpa mengenal dunia,
bahkan, dunia mengabaikan kematian dan jerit kepedihan mereka.
namun saya cukup sadar diri untuk tidak kemudian bermimpi mampu menolong mereka semua keluar dari jurang kepedihan. saya hanya mampu menolong mereka dengan berusaha menjadi lebih baik.
agar saya layak diterima oleh kehidupan.mungkin dengan demikian, saya bisa membuat seorang lain lebih baik, dan ia membuat orang lain menjadi lebih baik. karena hanya dengan cara itu, cara yang sangat sederhana tetapi rumit, dan sulit dan dilakukan sepanjang hidup itu yang mungkin mampu membantu mereka menjadikan dunia menjadi sedikit lebih ramah untuk mereka tinggali..
aah.. sungguh naifnya saya..
benar sahabat,
saya masih merasa sakit karena masa lalu yang membayangi tiap langkah saya, namun betapa sesungguhnya saya tetap ingin menjadi orang baik, meski mungkin sebenarnya........ saya hanyalah manusia munafik.
untuk menjadi langkah pertama saya, saya ingin mengucapkan apa yang selama ini tak mampu terkatakan...
untuk ayah, yang membesarkan saya dengan perjuangan, saya ingin mengucapkan terimakasih.
untuk ibu, yang dahulu meninggalkan saya, saya sangat mencintai ibu.
untuk ibu, yang mendampingi ayah, tolong maafkan kesombongan saya.
untuk kakak, yang akan menjadi ayah lagi, berjuanglah untuk menjadi ayah yang baik.
untuk kakak, yang mendambakan seorang pendamping, saya sayang kakak.
dan untuk mas,
bagi wanita, melepas kenangan bukan sesuatu yang mudah
saya hanya ingin mas bahagia, sekarang, maupun kelak, dengan wanita pilihan mas. tolong doakan saya agar menjadi orang yang benar, orang yang damai, wanita yang baik.. untuk kelak menjadi istri dan ibu yang baik bagi anak-anak yang akan terlahir dengan cinta.
terimakasih telah menjadi begitu baik, dan sempurna di mata saya. mas telah melukis sebuah ruang di hati saya, yang akan saya kunci rapat-rapat, karena ruangan itu tidak akan pernah saya masuki lagi, sebelum saya menjadi wanita yang layak, yang baik, wanita yang anggun, cantik, dan terhormat. wanita yang pantas untuk menjadi istri yang baik. sebelum saya merasa diri yang penuh kekurangan ini tertambal dengan baik, saya akan berusaha untuk mencegah saya memasuki ruangan itu kembali.
dan semoga kedamaian bersama sahabat yang telah mendampingi saya sampai akhir surat ini.
salam, dan terimakasih...
11.47
16 Januari 2012
ps. buku yang saya baca (meski belum selesai) berjudul
Anak-Anak Totto-chan: Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-Anak Dunia Totto-chan's Children
A Goodwill Journey to the Children of the World
oleh Tetsuko Kuroyanagi